Narasi Sex, anda yang ingin berjumpa dengan saya ya?” Ia justru menegur lebih dulu, sekalian melihatku rekat, “Oh, ya.. jam berapakah anda dapat?” tanyaku. Mendadak ia merapat dan 1/2 berbisik, “Bagaimana kalau jam 10:00 malam di kolam renang?” ucapnya sekalian berakhir, “Saya pastikan akan datang di situ pas ketika waktunya,” jawabku sekalian cukup berteriak karena ia telah berakhir. Ia mengalihkan muka terasanya tersenyum dan masuk ke dalam mobilnya.
narasi seks,seks terkini,narasi seks 2018,narasi seks termewah,narasi seks opsi,narasi seks terbaik,narasi seks termegah,narasi seks terbaik,narasi seks terupdate,narasi seks terkomplet.
Narasi Seks Asli Jam 10:00 malam saya telah ke arah kolam renang di Hotel Graha Santika. Saya menyenangi gedung hotel ini karena berpenampilan arsitektur tropis, dengan idiom post kekinian khususnya ekletisme arstefak arsitektur lokal masa lalu di mana-mana. Kolam renang berwujud organis tersebut ada di sayap kanan bangunan antara restaurant dan cafe yang dijepit taman yang rimbun dengan landscape situasi taman-taman tropis, dengan rumput, perdu liar di sudut-sudutnya di selingi beberapa pohon yang rimbun yang terkini saya saran ke tas. Saya sedikit menyisir rambut dan membaluri pipi dan leherku dengan aftershave.
Malam demikian ceria, bintang gemintang bertaburan di angkasa. Saya mnyusuri tepian kolam antara rerimbunan taman, ke arah gazebo di pojok kolam. Tetapi gazebo sepi, cuma sebotol Mersailles dan 2 buah gelas terkapar di tengah-tengah meja kayu yang dibuat dari kayu ulin yang kuat.
Dody namanya, kembali berenang ternyata, menggunakan celana renang yang kurang sekali warna hitam berbahan lycra, jika siang mungkin terlihat terbuka, benar-benar kontras dengan kulitnya yang putih. Dody berdiri di bibir kolam, walaupun sinar cuma remang-remang saya dapat menikmti badannya yang atletis, 180 tingginya kurang lebih secara berat proposional, otot-otot dada dan perut terlihat demikian terbiasa dengan memiliki bentuk yang kotak-kotak padat berisi.
Mukanya yang kuat adalah kombinasi di antara rahang yang kotak, hidung mancung dan alis tebal, sedangkan matanya menyoroti tajam dengan rambut cukup ikal, dan gigi yang berbaris rapi. Ia menyikat handuk dan keringkan wajahnya, selanjutnya duduk di atas bangku dengan tetap dengan celana renang, pas di atas bangku samping kiriku sekalian tuangkan minuman, masing-masing diisi setengah. Selanjutnya ia mengusung gelas sambil berkata, “Untuk malam yang cantik..” saya cepat-cepat mengusung gelas untuk bersulang.
Interviu kami, persisnya percakapan, bermula dari lika-liku perjuangan ia sampai capai pucuk karier saat ini, bagaimana ia bermula memperdalam dunia mode, ke bintang iklan, selanjutnya bermain film sinetron dan saat ini sedang mempelajari ke dapur rekaman Keliatannya ia makhluk paling berbahagia yang dulu pernah saya jumpai, punyai badan yang gagah, populer dan sudah pasti uang banyak, hingga dunia ada pada genggamannya.
Saya menyimak gesturnya yang gesturf, dia bercerita saat kecilnya secara ketawa enteng, selanjutnya menceritakan lika-liku hidupnya dengan suara berat, kadang-kadang menerawang ke langit gelap. “Orang cuma menyaksikan kedaanku sekarang ini, tanpa coba memahami bagimana semuanya harus saya capai dengan mempertaruhkan diri dan keniscyaan kehidupan,” ucapnya lirih. Terus ia berkata jika hidup tidak selama-lamanya putih hitam, tetapi selalu kaya warna. Jika kesempurnaan hidup berada pada kekurangan seorang. Hakekat yang kelihatan berada dari sesuatu yang tidak dapat kita saksikan, kita tidak pernah tahu apa dibalik semua realita yang terkadang kita tidak punyai alternatif lain untuk jalaninya. “Maafkan sahabat bila pertanyaanku buka masa lalu saat lalumu yang susah..” Ia tersenyum sekalian menyeka titik-tika air bening di pojok matanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar